Yeaayyy, I'm in Samarinda

Saya Erni, dengan segala impian saya....
Yang saya tahu mimpi saya besar, dan untuk meraih itu butuh pengorbanan yang banyak, dan kerja keras yang lebih besar. Saya siap menghadapi itu semua. ini hanya sebatas tulisan, tindakanlah yang akan menentukan dengan niat dan doa yang tulus.

Ketika saya memutuskan resign dari tempat kerja saya, ada beberapa pro dan kontra. Teman - teman yang pro memberikan saya julukan baru "the Fighter" karena keputusan saya berani resign untuk sesuatu yang lebih baik. Bapak yang sangat kontra dengan keputusan saya, menganggap saya meninggalkan kerjaan saya untuk mencari nilai rupiah yang lebih besar. mungkin itu salah satunya, tidak bisa dipungkiri kita memang butuh rupiah. tapi dibalik itu semua saya berkeinginan membantu anak-anak dtempat saya bekerja. terutama dibidang pndidikan. Sangat miris.Sebagian besar orang lebih peduli dengan perut masing-masing tanpa memikirkan kehidupan anak bangsa kedepan. sedikitpun tak ada lirikan bagi mereka. Saya tidak mengerti mngapa fokus saya kearah sana. yang saya tahu mreka anak anak yang bisa digali potensinya hanya saja tidak ada fasilitas yang disediakan. Anak - anak di kota mungkin keluar rumah saja malas karena terik matahari, itu saya alami sendiri dkeluarga saya, Keponakan saya tidak mau keluar rumah dikala terik matahari, tidak mau berjalan kaki. belum lagi gadgetnya. sekarang sepertinya semua focus ke gadget.Sedangkan ditempat saya bekerja anak - anak diusia 5-15 tahun mereka membantu orang tua. yang kecil mungkin membantu dengan mncarikan sayur atau ikan disungai, yang sudah besar mereka mmbantu orang tuanya bekerja mencari nafkah.Saya sangat suka dengan kgiatan anak - anak disana.Kalau dipikir kenapa saya tidak dsana saja mengajar mereka. tapi apa daya, spertinya itu masih dluar kemampuan saya. saya belum memiliki keberanian yang cukup untuk menemui orang tua mereka, saya belum berani menjawab ketika sumber penghasilan orang tua mereka saya ambil. keputusan yang saya ambil sekarang adalah memperbaiki diri saya, melakukan semua yang saya bisa, menghasilkan rupiah sbanyak - banyaknya dan membangun sebuah yayasan. mungkin ini terlalu muluk-muluk bagi orang. tapi saya akan berusaha untuk itu.

Hari pertama saya di Samarinda, saya diantar sama mama ke rumah kluarga. Betapa beruntungnya saya punya keluarga yang sangat sayang dan peduli meskipun sebenarnya saya pun sudah sangat berani. saya 27 tahun, masa merantau saja tidak berani. tapi itulah keluarga saya, tabuh bagi mereka anak perempuan yang belum menikah merantau sendirian.tapi itu akan saya tampik. Saya akan tetap beruaha mnunjukkan kalau anak prempuan pun bisa mrantau tanpa mencemarkan nama baik kluarga. (AllahuAllamBisawal)

Tadi pagi saya smpat jalan-jalan menikmati hiruk pikuk kota Samarinda. Saya langsung bertanya dalam hati "Inikah yang saya mau??" meningkalkan kedamaian pelosok demi sebuah hiruk pikuk. Salah besar, disini memang berisik, polusi dan entahlah banyak hal yang membingungkan. Tap disisi lain disinilah letak seharusnya kita berjuang. Disini ada banyak jaringan yang bisa dimanfaatkan. Ngeblog misalnya, menuangkan inspirasi. Bisa memperdalam ilmu dengan banyaknya buku-buku yang tersedia. Sedangkan di pelosok dengan kedamaian suasana, tapi dengan jaringan yang ngadat dan fasilitas yang kurang, toko buku misalnya. Tak bisa dipungkiri dipelosok pun memberikan banyak pelajaran. Menjadikan lebih memaknai hidup, mengajarkan sabar,dan banyak - banyak bersyukur.

okeeyy, intinya dimanaun kamu berada, perbanyak ibadah, rasa syukur dan bermanfaat buat orang. karena dimana pun kita tinggal, akan selalu ada pelajaran berharga yang bisa diambil.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polos atau pura pura

Beda bukan berarti salah