Pernikahan part III

Bagi sebagian besar manusia, menikah adalah sebuah cita cita. Tapi dari banyaknya yang menjadikan cita cita, tak jarang ada pula yang menganggap kalau pernikahan itu merupakan sesuatu yang menyeramkan. Bisa dikatakan seseram film horor megumi or shadako. Seseram itu yah?? Jawabannya sih tidak. Hanya saja penggambarannya seperti itu. Bayangkan saja, yang biasanya dulu mencuci pakaian sendiri yang lembarannya bisa dihitung satu persatu, setelah menikah cucian naik dua level atau bisa dikatakan  tiga level, mengingat pakaian laki laki sangat dominan kotor, karena tidak lihat tempat. Dimanapun langsung nyelongsor saja. Contoh lainnya, yang awalnya memasak ketika kepengen ini itu tapi setelah menikah harus memasak setiap hari everytime mengingat tingkat keroncongan perut laki laki lebih  tinggi. Yang awalnya ngeluarin duit tidak mikir mikir, setelah berkeluarga pikirannya sudah bercabang kemana mana setiap mau mengeluarkan dana. (Hemat pangkal kaya) katanya.. ketika masih sendiri bebas kemana mana setelah menikah harus izin suami dulu. Iya kalau suaminya baik langsung diizinkan kalau sedikit kurang baik, pasti ditolak mentah mentah. Ngapain kesana, kamu pikir disana murah mending uangnya buat bayar listrik blabla..Dan tara, ternyata sudah harus memikirkan soal listrik dan beras. Memperbincangkan sembako yang melambung bahkan harga cabe yang semakin pedas... itu baru sebagian contoh kecil dan banyak contoh contoh lainnya..
Oke.. contoh diatas adalah kehidupan pasangan standart atau dibawah rata rata. Banyak pun beralibi makanya menikah sama yang sudah mapan, yang bisa mendanai liburanmu, bisa mencarikanmu asisten rumah tangga, bisa memberikan semua yang kamu minta.. heyy, semua orang kepengen itu kali, tapi ada yang namanya takdir yang kita tidak tahu dengan siapa kita berjodoh. Apa dengan orang yang sudah mapan atau yang biasa biasa saja. Tidak usah munafik, bukan hanya menginginkan pernikahan diatas kemapanan. Kalau bisa kita akan memohon dilahirkan di keluarga yang mapan. Tapi kamu lupa, kita punya Tuhan. Punya takdir masing masing yang sudah digariskan. Jodohpun demikian, tak akan tertukar. Jadi yang sudah dijodohkanmu oleh Tuhan, terimalah. Ketika mapan, alhamdulillah dan ketika tidak mapan pun masih alhamdulillah karena telah diberikan jodoh. Hehehehe..
Itu bisa kita usahakan. Mengusahakan supaya bisa mapan. Ini adalah teori yang amat mudah pengungkapannya, entahlah dengan prakteknya. Apa bisa berjalan beriringan atau malah sebaliknya.
Menikah.. bukanlah sebuah kewajiban, tapi di sunnahkan. Bisa dijadikan ladang pahala. Tapi ketika tidak dilaksanakan pun tak apa apa. Tapi usahakanlah menikah. Hitung hitung bisa memupuk pahala sebanyak banyaknya dan bisa berbagi. Berbagi kesenangan dan kesusahan. Kalau bisa banyakin senangnya lah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yeaayyy, I'm in Samarinda

Polos atau pura pura

Beda bukan berarti salah